Category Archives: Social

Tilang

Tadi pagi, lagi mau berangkat ke kampus ama Andrew, tiba-tiba pas di tikungan dihadang, disuruh berhenti. Ternyata polisi rame-rame sedang chiak lui memeriksa kendaraan yang lewat-kalau-kalau-ada-yang-melanggar-hukum. Pak polisi itu menunjukkan pasal tidak-memakai-seat-belt-adalah-salah di buku acuannya. Andrew mencoba berkelit dengan berkata “Abis dari circle K pak, cuma mau ke ITB, deket gitu kok.” tapi polisi itu tidak mau tahu. STNKnya diambil. Andrew segera memberi sinyal untuk meminta uang ke gw, karena dia ga ada uang kecil. Akhirnya Andrew keluar dari mobil, dan berlari menuju polisi itu. Dengan wajah damai ia berkata “damai”, tangannya memegang uang. Polisinya, dengan sangat boi pai se nanya “berapa?”. Akhirnya setelah tawar-menawar, Rp. 15000 adalah sogokan jumlah akhir yang disepakati. Harusnya kalo gw bawa kamera gw foto aja tuh. Lumayan, siapa tau ntar ada kontes foto dengan tema fenomena sosial. Hehe.

 

Tips melalui tilang:

1. Mengaku mahasiswa

2. Kasih uang kecil aja, bilang cuma bawa segini

3. Ulur-ulur waktu, biar polisinya gerah karena merasa ditunda-tunda mencari target lain

4. Kalo ga berhasil, langkah akhirnya ya udah, terima aja ditilang, biar polisinya ga dapet duit haram, sekaligus sebagai peringatan “Jangan banyak maunya, dapet duit ya terima aja”

 

Semuanya ditulis dengan sudut pandang yang sangat Indonesia. We, as Indonesian, are hypocrite. We protest when cops don’t wanna be bribed and take our driving licence so we must claim it via complicated birocracy. We also protest when cops are money-minded, instead of doing their jobs as good cops. LOL.

Leave a comment

Filed under Social

Law in Indonesia: Far from Justice

I live in Indonesia, most of us know that indonesian law system is filthy, corrupt, and unjust. But what I’ve just read quite disturb me. The Corruption Court’s punishment to Saleh Djasit for stealing RP 4.7 billion in the 2003 procurement of fire engines for the province is only four years in prison, while a poor farmer in East Nusa Tenggara, who stole 15 metres of cable from PLN–which the value perhaps is just enough to cover three months of his kind of humble living–sentenced 15 years behind prison! That’s hardly comparable with Saleh Djasit’s case who sentenced four years! Can we still call it law if it sided more to “the have” rather than providing equal justice to all citizen?

 

“There’s no justice in the world,

there’s no justice in the world

and there never would”

–Soldier’s Poem by Muse–

1 Comment

Filed under Social